19.12.12
Alternative
18.12.12
Pembuka
So today gue posting soal tattoo meaning di blog lama di worpress. It was 17.50 i remember. Nyolong waktu sebelum pulang because i feel need to post it.
Posting sukses. Seperti biasa setelah posting i always open it to see if i could edit one or two words.
And you know what, i couldnt access it! They said my blog has been suspended.
Dafuq. Gue ga ngerasa posting aneh-aneh. Apa lagi posting gambar jorok. Adalah foto gue di beberapa posts. Yakali itu dikategorikan offended? My own pics? Offended?
Anyway gue berusaha hapus post terakhir gue. In case itulah penyebab blog gue disuspend. Berkali2 nyoba, ga bisa.
Akhirnya gue export content blog. Gue buat blog baru, dengan terlebih dulu bikin email baru. Karena email gue yang biasa dah kepenuhan dipake buat register ini itu.
Jadi. Enibodihome wordpress. Huruf y gue ganti pake i.
Dengan semangat gue import content blog yang lama. (Dengan tidak menyertakan post terakhir). Voila! Blog baru kena suspend juga.
Kepala gue langsung sakit. Sediiiiihhhhhhhh
Itu blog pindahan dari perempuan indonesia. Gue ngeblognya juga disayang2 banget.
Akhirnya desperate, gue coba sign.up blogspot aka blogger. Dan oh ternyata gue udah punya akun di blog ini. Dengam header gambar muka gue segede gaban, yang mana 80%nya idung semua. (What was i thinking to post that pic as blog header??)
Anyway, setelah edit sana sini. Pake header yg sama kaya di wordpress, supaya berasa homey, i decide to use this blog.
And look at this blog. Post terakhir tahun 2008, baru nikah dan msh cemburu ama mantannya suami! How cute!
Am completely a different person now.
I wish i could import my old posts to here.
Oh well, screw you lah wordpress. I feel betrayed.
Enybodyhome wordpress, i hope i could move on from you the way i move on from Khutrayudi di blog indosiar dulu :)
*now how to edit this "myheartwantstosay" thing? Kok bisa2nya gue nulis klimat pnjang ini buat blog??
15.2.08
the undescribable
Hari ini saya bertemu dengannya, perempuan itu. Sesungguhnya dia tak melakukan apa-apa terhadap saya, tapi saya sungguh membencinya. Entah karena apa, saya tidak tahu.
Saya benci senyum manisnya yang ia tunjukkan kepada orang di sekitarnya, saya benci melihat jaket bermerk yang ia gunakan, saya benci wajah teramat cantiknya yang dulu pasti sangat didamba oleh suami saya.
ENtah kenapa saya menjadi pendengki sperti ini. MUngkin sejak konflik saya dengannya dulu, saya menjadi sangat membencinya. Padahal di luar itu, dia tak pernah melakukan suatu apa yang membuat saya pantas membencinya.
Entah kenapa saya jadi selalu membayangkan dia, dan membuat saya menjadi paranoid terhadap suami saya, menghilangkan kepercayaan saya terhadapnya, menimbulkan keraguan akan cinta suami saya, dan membuat saya curiga bahwa suami saya masih mencintainya.
Saya tahu, saya cemburu. TOLOL SEKALI.
Tapi tidak, ini tidak setolol itu, siapa yang tidak cemburu dengan perempuan cantik nan sempurna seperti dia, perempuan yang dulunya dicintai sepenuh hati selama lima tahun lebih oleh suami saya.
Siapa yang tidak menjadi paranoid membayangkan, bagaimana mungkin cinta yang sedemikian dahsyat dan lama bisa tergantikan oleh cinta singkat nan kilat yang dialami oleh suami bersama saya. Meski saya sudah menikah, saya ragu suami saya sudah mampu melupakannya.
Ingin saya memarahi diri sendiri, bahwa menjadi seorang istri, hal pertama yang harus dimiliki adalah sebuah kepercayaan. TIdak hanya pada suami, tapi juga kepada diri sendiri.
Dan sepertinya saya kurang berbakat dalam bidang percaya mempercayai ini.
Saya benci kondisi ini. Sya tinggal tepat bersebelahan dengan perempuan itu sekarang,rasanya membayangkan kenangan2 indah yang terjadi di antara suami saya dan dia dulu terjadi di tempat yang saya tinggali, sangat menyiksa saya.
Teras itu, bisa saja dulu mereka saling memadu kasih di sana.
Kamar yang kami tempati, saya takkan pernah tahu apa saja yang sudah mereka lakukan di sana.
Segala kode - kode rahasia yang mereka pertukarkan,semua terjadi di rumah itu.
AH, dan kisah -kisah dan cerita itu, yang masih saja mengalir lancar ke telinga saya, juga hal-hal yang mengingatkan mereka akan dia yang diutarakan secara implisit di depan saya, betapa saya muak mendengarnya.
SIAL!!!!
Ah, saya sungguh tak tahan.
TUhan, pantaskah saya menjadi seorang istri kalau sudah begini???
MAafkan saya, TUhan.
Maafkan saya yang selalu cemburu dan tidak percaya ini..
24.12.07
tujuan
Menghitung malam, dan menghitung detik.
Itu yang saya lakukan sekarang.
Berharap waktu yang tinggal 240 jam lagi segera berlalu, hingga saya ada di sana,
Disampingmu, dengan kebaya putih, dan rona merah dan rambut berhias.
Rasanya saya sudah tak sabar lagi.
Sudah penuh rasanya otak saya, menghadapi segala ganjalan pasca menikah ini.
Sudah capek rasanya badan saya menghadapi segala sindrom sebelum resepsi ini.
Semoga di hari nya, saya mampu melangkah dengan anggun dan penuh ikhlas.
Semoga di hari -hari sesudahnya saya mampu menjalani dengan segala kepenuhan hati dan tanggung jawab.
Semoga saya mampu menjadi seorang istri dan hopefully ibu bagi anak - anakmu kelak, duhai pria yang menjadi tujuan hidup
12.12.07
have some fun
Ada kalanya saat kita berusaha "membuat senang"orang lain itu, justru membuat orang yang lain lagi merasa tidak senang.
Bahkan tidak jarang juga, pada akhirnya membuat kita sendiri yang menjadi tidak senang.
Karena sejak kecil sudah di doktrin dengan ajaran "Mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu", saya pun menjadi terbiasa untuk sungguh-sungguh mengamalkan ajaran tersebut.
Ada kalanya saya berpayah2 untuk dapat mendahulukan kepentingan orang lain , sebelum kepentingan saya sendiri.
Ada pula saatnya di mana saya terpaksa menjadi susah sendiri di saat saya harus mendahulukan kepentingan orang lain.
Yang pada akhirnya, membuat saya sendiri menderita(Sungguh saya tak suka dengan pilihan kata ini)
Tapi, akibat terlalu seringnya susah sendiri akibat mendahulukan orang lain itu, pada akhirnya saya sadar.
Bahwa mada bedanya menyenangkan orang lain dengan mendahulukan kepentingan orang lain, yang memang benar2 penting.
KArena pada akhirnya kita memang tidak pernah bisa menyenangkan semua pihak.
Dan lagi, mungkin sudah waktunya saya belajar ikhlas pada saat saya benar2 ingin menyenangkan orang lain.
Karena dengan begitu, mungkin segala rasa susah atau "menderita" itu tak perlu lagi saya alami