15.2.08

the undescribable

Saya benci perasaan ini, Saya sungguh membenci perasaan ini. Kenapa ia tidak juga hilang, kenapa ia tidak juga musnah.
Hari ini saya bertemu dengannya, perempuan itu. Sesungguhnya dia tak melakukan apa-apa terhadap saya, tapi saya sungguh membencinya. Entah karena apa, saya tidak tahu.
Saya benci senyum manisnya yang ia tunjukkan kepada orang di sekitarnya, saya benci melihat jaket bermerk yang ia gunakan, saya benci wajah teramat cantiknya yang dulu pasti sangat didamba oleh suami saya.

ENtah kenapa saya menjadi pendengki sperti ini. MUngkin sejak konflik saya dengannya dulu, saya menjadi sangat membencinya. Padahal di luar itu, dia tak pernah melakukan suatu apa yang membuat saya pantas membencinya.
Entah kenapa saya jadi selalu membayangkan dia, dan membuat saya menjadi paranoid terhadap suami saya, menghilangkan kepercayaan saya terhadapnya, menimbulkan keraguan akan cinta suami saya, dan membuat saya curiga bahwa suami saya masih mencintainya.

Saya tahu, saya cemburu. TOLOL SEKALI.
Tapi tidak, ini tidak setolol itu, siapa yang tidak cemburu dengan perempuan cantik nan sempurna seperti dia, perempuan yang dulunya dicintai sepenuh hati selama lima tahun lebih oleh suami saya.
Siapa yang tidak menjadi paranoid membayangkan, bagaimana mungkin cinta yang sedemikian dahsyat dan lama bisa tergantikan oleh cinta singkat nan kilat yang dialami oleh suami bersama saya. Meski saya sudah menikah, saya ragu suami saya sudah mampu melupakannya.

Ingin saya memarahi diri sendiri, bahwa menjadi seorang istri, hal pertama yang harus dimiliki adalah sebuah kepercayaan. TIdak hanya pada suami, tapi juga kepada diri sendiri.
Dan sepertinya saya kurang berbakat dalam bidang percaya mempercayai ini.

Saya benci kondisi ini. Sya tinggal tepat bersebelahan dengan perempuan itu sekarang,rasanya membayangkan kenangan2 indah yang terjadi di antara suami saya dan dia dulu terjadi di tempat yang saya tinggali, sangat menyiksa saya.

Teras itu, bisa saja dulu mereka saling memadu kasih di sana.
Kamar yang kami tempati, saya takkan pernah tahu apa saja yang sudah mereka lakukan di sana.
Segala kode - kode rahasia yang mereka pertukarkan,semua terjadi di rumah itu.

AH, dan kisah -kisah dan cerita itu, yang masih saja mengalir lancar ke telinga saya, juga hal-hal yang mengingatkan mereka akan dia yang diutarakan secara implisit di depan saya, betapa saya muak mendengarnya.

SIAL!!!!

Ah, saya sungguh tak tahan.
TUhan, pantaskah saya menjadi seorang istri kalau sudah begini???
MAafkan saya, TUhan.

Maafkan saya yang selalu cemburu dan tidak percaya ini..

2 comments:

bisotisme.com said...

keep the fight sist

bisotisme.com said...

yud, berantem kalo dalem keluarga mah, yah asik2 aja kali, asal jgn ada kata "cerai" wah itu berat tuh, hmmmm peace aja yah

bisot182.blogspot.com